Penanggalan Bulen Madhureh
(Madura)
Berawal dari ketika saya mendengar percakapan tetangga saya dengan
tamunya yang membicarakan bulan Madhureh. Mereka membicarakan bulan Madhureh
dikarenakan tetangga saya yang barusan mendapat musibah berupa kematian ibunya.
Dalam tradisi orang Madura pada umumnya, apabila ada orang yang meninggal
biasanya 40 hari setelah meninggal keluarganya. Mereka akan memperingatinya
dengan pembacaan surat Yasiin dan tahlil
dengan mengundang tetangga dan sanak famili terdekat.
Dalam percakapannya tersebut mereka mendiskusikan pada hari dan tanggal
berapa acara 40 hari tersebut akan dilaksanakan. Berhubung tetangga saya tersebut
merupakan janda pensiunan PNS dan kurang begitu paham tentang penanggalan
Madura, sedangkan menurut kebanyakan orang penghitungan biasanya menggunakan
penanggalan bulan Madura. Maka dia menggunakan penghitungan untuk acara
tersebut menggunakan penanggalan bulan Umum (Masehi). Namun, menurut tamunya
tersebut dia seharusnya menggunakan penghitungan bulan Madhureh. Kemudian anak
tetangga saya tersebut datang dan menanyakan apa yang sedang didiskusikan oleh
ibunya dan tamunya tersebut. Setelah ibunya menjelaskan tentang apa yang mereka
diskusikan, anaknya pun menjawab, “la padeh beih ngangghuy bulen Madhureh so bulen
Gejien”. Yang artinya, “sama saja mau pake bulan Madura atau bulan Gajian
(Umum)”.
Mendengar percakapan ketiga orang tersebut saya tertarik untuk mencari
penjelasan mengenai penanggalan bulan Madhureh (Madura). Disini saya akan
mencoba menjelaskan penanggalan bulan Madhureh (Madura) tersebut.
Penanggalan Madhureh pada prinsipnya adalah sama dengan penanggalan Jawa
yang mana sangat kental dengan nuansa Islami karena menggunakan sistem
penanggalan Qamariyah. Nama bulan yang ada dalam penanggalan Madhureh dan
penanggalan Jawa sebagian menggunakan penanggalan Hijriah dengan nama-nama
menggunakan bahasa Arab, namun sebagian menggunakan bahasa Sanskerta seperti
pasa dan sura. Sedangkan nama Apit dan Besar berasal dari Bahasa Melayu dan
Jawa. Dan ada juga penamaan bulannya yang berkaitan dengan hari-hari besar
Islam seperti Mulud (Maulid Nabi pada bulan Rabi’ul Awal). Berikut tabel
perbedaan antara nama-nama bulan dari penanggalan Hijriah, Jawa dan Madura:
No
|
Penanggalan Hijriah
|
Penanggalan Jawa
|
Penanggalan Madura
|
1
|
Muharram
|
Sorah
|
|
2
|
Safar
|
Sappar
|
|
3
|
Rabi’ul Awwal
|
Molod
|
|
4
|
Rabi’uts Tsani
|
Rasol
|
|
5
|
Jumadil Awwal
|
Mandhilawal
|
|
6
|
Jumadits Tsani
|
Mandhilaher
|
|
7
|
Rajab
|
Rejjeb
|
|
8
|
Sya’ban
|
Rebbe
|
|
9
|
Ramadhan
|
Pasah
|
|
10
|
Sawwal
|
Tong Areh
|
|
11
|
Dzul Qo’dah
|
Apit (Dulkangidah)
|
Takepek
|
12
|
Dzul Hijjah
|
Besar
(Dulkahijjah)
|
Rerajeh
|
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Kalender_Jawa